KYAI SEMAR BODRONOYO
Kyai Semar Bodronoyo
Salah satu tokoh wayang yang paling banyak digemari dalam masyarakat Jawa adalah Semar.
Dalam mitologi Jawa, semar adalah seorang pemimpin yang sering dipuja
karena keberhasilannya dalam memajukan bangsa. Tokoh ini banyak
dijadikan sebagai simbol seorang pemimpin yang ideal, yang memiliki
sifat rendah hati, suka menolong sesama, tidak serakah, melakukan tapa ,
mengurangi makan dan tidur, dan laku lainnya. Hal ini menarik karena
sifat-sifat manusia dalam mitologi Jawa sering kali disimbolkan dengan
sifat dan watak dari tokoh-tokoh dalam dunia pewayangan, bahwa apa yang
terjadi di dunia pewayangan akan terjadi pula di dunia nyata ini,
seolah apa yang dilakonkan dalam cerita wayang, menggambarkan keadaan
yang nyata baik yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi. Dalam
kenyataan hidup, semar merupakan lambang yang memberi petunjuk mengenai
hidup, kehidupan dan masalahnya. Petunjuk-petunjuk semar sedehana,
karena dia seorang pembantu atau abdi , tetapi karena tokoh
semar ini baik hati dan penasehat para Pandhawa yang bijaksana, para
hadirin yang menonton wayang wajib memperhatikan nasehat dan ajaran
semar serta petunjuknya, yang selama ini dianggap sebagai contoh dan
teladan orang Jawa.
Oleh karena itu, menurut Niels Mulder (1996) ajaran-ajaran Jawa penuh dengan simbolisme dan ilmu rahasia ( ngelmu ) yang memacu angan-angan dan renungam mitologi wayang purwa yang diilhami oleh cerita Mahabharata ,
kehidupan dunia nampak hanya merupakan pencerminan semata, suatu
bayangan dari kebenaran dan kejadian-kejadian yang lebih tinggi.
Dalam
pembahasan akan dipapar lebih lanjut mengenai tokoh semar dalam
mitologi Jawa dilihat dari konsep kepemimpinan dan pengaruhnya dalam
kehidupan masyarakat Jawa pada khususnya dan masyarakat Indonesia pada
umumnya.
Semar dalam bahasa Jawa (filosofi Jawa) disebut Badranaya
Bebadra = Membangun sarana dari dasar
Naya = Nayaka = Utusan mangrasul
Artinya : Mengembani sifat membangun dan melaksanakan perintah Allah demi kesejahteraan manusia
Javanologi : Semar = Haseming samar-samar (Fenomena harafiah makna kehidupan Sang Penuntun). Semar tidak lelaki dan bukan perempuan, tangan kanannya keatas dan tangan kirinya kebelakang. Maknanya : "Sebagai pribadi tokoh semar hendak mengatakan simbul Sang Maha Tumggal". Sedang tangan kirinya bermakna "berserah total dan mutlak serta selakigus simbul keilmuaan yang netral namun simpatik".
Kebudayaan Jawa telah melahirkan religi dalam wujud kepercayaan terhadap Tuhan yang Maha Esa, yaitu adanya wujud tokoh wayang Semar, jauh sebelum masuknya kebudayaan Hindu, Budha dan Isalam di tanah Jawa.
Dikalangan spiritual Jawa ,Tokoh wayang Semar ternyata dipandang bukan sebagai fakta historis, tetapi lebih bersifat mitologi dan symbolis tentang KeEsa-an, yaitu: Suatu lambang dari pengejawantahan expresi, persepsi dan pengertian tentang Illahi yang menunjukkan pada konsepsi spiritual . Pengertian ini tidak lain hanyalah suatu bukti yang kuat bahwa orang Jawa sejak jaman prasejarah adalah Relegius dan ber keTuhan-an yang Maha Esa.
Semar itu lambang gelap gulita, lambang misteri, ketidaktahuan mutlak, yang dalam beberapa ajaran mistik sering disebut-sebut sebagai ketidaktahuan kita mengenai Tuhan.
Konon Kaki Semar adalah Kakek moyang yg pertama dan digambarkan sebagai perwujudan dari orang Jawa yg pertama. Karena mendapat "tugas khusus" dari Gusti Kang Murbeng Dumadi (Tuhan YME), maka Kaki Semar memiliki kemungkinan untuk terus hadir dgn keberadaan pada setiap saat, kepada siapa saja dan kapan saja menurut apa yg dikehendaki.
Bebadra = Membangun sarana dari dasar
Naya = Nayaka = Utusan mangrasul
Artinya : Mengembani sifat membangun dan melaksanakan perintah Allah demi kesejahteraan manusia
Javanologi : Semar = Haseming samar-samar (Fenomena harafiah makna kehidupan Sang Penuntun). Semar tidak lelaki dan bukan perempuan, tangan kanannya keatas dan tangan kirinya kebelakang. Maknanya : "Sebagai pribadi tokoh semar hendak mengatakan simbul Sang Maha Tumggal". Sedang tangan kirinya bermakna "berserah total dan mutlak serta selakigus simbul keilmuaan yang netral namun simpatik".
Kebudayaan Jawa telah melahirkan religi dalam wujud kepercayaan terhadap Tuhan yang Maha Esa, yaitu adanya wujud tokoh wayang Semar, jauh sebelum masuknya kebudayaan Hindu, Budha dan Isalam di tanah Jawa.
Dikalangan spiritual Jawa ,Tokoh wayang Semar ternyata dipandang bukan sebagai fakta historis, tetapi lebih bersifat mitologi dan symbolis tentang KeEsa-an, yaitu: Suatu lambang dari pengejawantahan expresi, persepsi dan pengertian tentang Illahi yang menunjukkan pada konsepsi spiritual . Pengertian ini tidak lain hanyalah suatu bukti yang kuat bahwa orang Jawa sejak jaman prasejarah adalah Relegius dan ber keTuhan-an yang Maha Esa.
Semar itu lambang gelap gulita, lambang misteri, ketidaktahuan mutlak, yang dalam beberapa ajaran mistik sering disebut-sebut sebagai ketidaktahuan kita mengenai Tuhan.
Konon Kaki Semar adalah Kakek moyang yg pertama dan digambarkan sebagai perwujudan dari orang Jawa yg pertama. Karena mendapat "tugas khusus" dari Gusti Kang Murbeng Dumadi (Tuhan YME), maka Kaki Semar memiliki kemungkinan untuk terus hadir dgn keberadaan pada setiap saat, kepada siapa saja dan kapan saja menurut apa yg dikehendaki.
Semar Badranaya adalah tokoh punakawan yang dalam wayang Jawa memiliki peran yang lebih utama daripada wayang babon
(wayang dengan tokoh asli India ). Punakawan adalah karakter yang khas
dalam wayang Indonesia . Mereka melambangkan sifat manusia.
Karakternya mengindikasikan bermacam-macam peran, seperti penasehat
para ksatria, penghibur, kritisi social, badut bahkan sumber kebenaran
dan kebijakan. Dalam wayang Jawa karakter punakawan terdiri atas Sema r, Garen g, Bagon g dan Petruk .
Di
dalam wayang kulit, semar adalah pembantu Pandhawa, tetapi dia sangat
dihormati oleh tuannya. Semar biasanya dimintai nasehat oleh Pandhawa
dalam mengambil keputusan mengenai masalah yang dianggap gawat dan
mendesak. Sebagai punakawan yang tertua, semar tidak punya keinginan
memegang kekuasaan duniawi sebagaimana halnya kebanyakan manusia. Hal
ini dikarenakan kekuasaan umumnya dapat mengubah watak, situasi
sekaligus dapat mencelakakan. Semar dapat mencapai tujuannya secara
efektif dengan cara memberi contoh, sebagai metode pengajarannya tanpa
bermaksud mengusai orang lain atau harta benda. Masyarakat Jawa percaya
bahwa semar adalah turunan dari satu dewa dalam mitos yang paling
berkuasa.
Sebagai
tokoh wayang yang memiliki banyak keunggulan sifat pribadi, banyak
masyarakat Jawa yang tetarik dengan dunia wayang, menjadikan semar
sebagai sosok ideal yang patut dijadikan panutan dalam menjalani hidup
sehari-hari. Kehadiran semar dalam kehidupan nyata ini sering
ditunggu-tunggu mengingat kondisi negara saat ini yang semakin kacau,
kesengsaran dan penindasan oleh kaum kuat terhadap yang lemah semakin
merajalela, moral dan etika tidak lagi diindahkan, para pemimpin yang
hanya memikirkan kekayaan pribadi tanpa peduli dengan keadaan rakyatnya
yang semakin tertindas dengan kebijakan-kebijakan yang dikeluarkannya.
Dunia pewayangan melukiskan situasi tersebut sebagai penanda akan
hadirnya tokoh semar, seorang dewa yang turun dari langit untuk
menyelamatkan manusia (Abdul Munir Mulkan, 2005).
Mitos Asal Usul Semar
Tuti
Sumukti (2005:20) mengatakan ada dua versi utama yang menceritakan
asal-usul semar. Pertama, langit dan bumi yang dikuasai oleh Sang Hyang Wenang , mempunyai anak bernama Sang Hyang Tunggal . Sang Hyang Tunggal ini mempunyai istri bernama Dewi Rekawati , putri kepiting raksasa yang bernama Rekatama. Pada suatu hari Dewi Rekawati bertelur dan seketika itu telur itu terbang ke langit menuju ke hadapan Sang Hyang Wenang .
Telur itu menetas sendiri kemudian muncul tiga makhluk yang berasal
dari kulit telur, putih telur dan kuning telur. Makhluk yang berasal
dari kulit telur dinamai Tejamantri , dari putih telur adalah Ismaya dan yang dari kuning telur itu Manikmaya.
Pada
suatu hari mereka terlibat pertengkaran karena mempermasalahkan siapa
yang akan menggantikan kedudukan ayahnya kelak, sebagai penguasa. Manikmaya menyarankan agar diadakan pertandingan menelan gunung dan memuntahkannya kembali. Tejamantri , melakukannya lebih dulu, tetapi gagal. Kemudian Ismaya , dia dapat menelannya, tetapi tidak berhasil memuntahkannya kembali. Kejadian ini menyebabkan terjadinya Goro-Goro atau bencana. Goro-goro ini menyebabkan Sang Hyang Wenang turun tangan dan mengambil keputusan bahwa pada waktunya Manikmaya akan menjadi raja para dewa, penguasa kahyangan dan akan mempunyai keturunan yang menjadi penduduk bumi. Sementara Tejamantri dan Ismaya harus turun ke bumi untuk memelihara keturunan Manikmaya . Keduanya boleh menghadap Sang Hyang Wenang jika Manikmaya bertindak tidak adil. Sejak saat itu nama mereka diganti, Tejamantri menjadi Togog , Ismaya dinamakan Semar dan Manikmaya menjadi Bathara Guru . Karena sebuah gunung pernah ditelannya bentuk tubuh semar menjadi besar, gemuk dan bundar.
Versi kedua, bahwa sebutir telur yang dipegang Sang Hyang Wenang menetas sendiri dan tampaklah langit, bumi dan cahaya atau teja serta dua makhluk anthropomorphis, Manik dan Maya . Versi pertama dan kedua bila dibandingkan akan ada persamaan, Ismaya dari versi pertama dan Maya dari versi kedua terjadi dari putih telur. Manikmaya dan Manik merupakan transformasi dari kuning telur dan keduanya menjadi raja para dewa di surga. Dalam kedua versi tersebut Manikmaya dan Manik menjadi Bathara Guru , yang keturunannya tersebar di surga dan bumi, sedangkan Ismaya dan Maya dinamakan Semar
dan dijadikan pelindung bumi. Jelas disini bahwa semar adalah tokoh
dominan di alam semesta dan sebagai pelindung bumi yang erat kaitannya
dengan penduduk bumi.
Penggambaran Tokoh Semar
Menurut Herjaka semar dalam bahasa Jawa disebut dempel = keteguhan jiwa . Rambut semar berbentuk seperti kuncung yang bermakna akuning sang kuncung , yaitu sebagai kepribadian pelayan yang mengejawantah untuk melayani manusia.
Dia
tidak laki-laki dan bukan perempuan, tangan kanannya ke atas mempunyai
makna bahwa sebagai pribadi tokoh semar hendak mengatakan symbol Sang Maha Tunggal .
Sedangkan tangan kirinya ke belakang mengandung makna berserah total
dan mutlak serta sekaligus symbol kemuliaan yang netral namun simpatik.
Penggambaran
bentuk fisik semar tidak mudah ditebak. Wajahnya adalah wajah
laki-laki, tapi badannya seperti perempuan dengan perut dan dada besar.
Rambutnya putih dan memiliki kerutan di wajah yang menandakan dia
telah lanjut usia, tetapi potongan rambutnya kuncung sepeti anak-anak.
Bibirnya tersenyum tetapi matanya selalu mengeluarkan air mata. Semar
menggunakan kain sarung kawung seperti yang digunakan para abdi.
Penggambaran
bentuk yang demikian menjadikan semar sebagai sosok yang sarat misteri
dan juga simbol kesempurnaan hidup. Tubuh semar tersimpan karakter
wanita, laki-laki, anak-anak, orang tua, ekspresi gembira dan sedih
bercampur menjadi satu.melihat genealogi semacam itu, semar selalu
hadir dalam setiap lakon wayang dan kehadirannya sangat dinanti para
penggemarnya. Meskipun dia seorang abdi , rakyat jelata, buruk
rupa, miskin, hitam legam namun dibalik wujud lahirnya tersebut
tersimpan sifat-sifat mulia, yakni mengayomi, mampu menyelesaikan
masalah, sabar, dan bijaksana.
Pengertian Pemimpin dan Kepemimpinan
Masalah
pemimpin dan kepemimpinan merupakan masalah sosial. Pemimpin tidak
akan muncul tanpa adanya masyarakat, pemimpin tidak dapat disebut
pemimpin tanpa adanya kelompok individu sebagai bawahannya. Manusia
merupakan topik sentral mengenai permasalahan dan tujuan ilmu-ilmu
kepemimpinan, khususnya mengenai ketertiban, keselarasan, keteraturan
dan ketrentaman hidupnya. Fungsi seorang pemimpin untuk menjaga
terlaksananya suatu peraturan yang berlaku sering terjadi meskipun
telah dibuat suatu peraturan jika tanpa pengarahan dan petunjuk yang
benar dari orang-orang yang lebih tahu (pemimpin), pelaksanaan
peraturan itu justru akan menimbulkan permasalahan baru
Seorang
pemimpin dapat dilihat dari kemampuannya mewujudkan cita-cita
kelompok, kemampuannya untuk berkomunikasi dengan lingkungan juga
kemampuan menangkap dan menjabarkan kebudayan yang melingkupi
kehidupannya. Pemimpin merupakan figur multidimensi, dimana ia hidup
sebagai pribadi, anggota masyarakat sekaligus ketua kelompok. Ia selalu
berkepentingan dengan keadaan dan kejadian dalam lingkungannya.
Thomas
Aquinas mengatakan bahwa seorang penguasa (pemimpin) negara mempunyai
kewajiban terhadap rakyat yang dikuasainya. Tugas penguasa negara yang
utama adalah mengusahakan kesejahteraan dan kebajikan hidup bersama.
Untuk itu pengusa negara dituntut untuk memungkinkan rakyat memenuhi
kebutuhan materialnya, diantaranya kebutuhan sandang pangan. (Ahmad
Suhelmi, 2001:100)
Alfred
Mc. Lunglee seperti yang dikutip oleh Jarmono (1983), merumuskan
pengertian kepemimpinan, bahwa seorang pemimpin ialah seorang yang
memiliki status kepemimpinan, suatu posisi penguasaan atau pengendalian
yang membudaya di dalam kelompok masyarakat. Menjadi simbol suatu
gerakan yang memahami dengan benar akan dirinya sendiri secara internal
dan eksternal yang mempunyai peranan sebagai juru bicara kelompoknya.
Memiliki sedikit pengikut atau tidak mempunyai pengikut secara
langsung, tetapi yang meletakkan jalan dikemudian hari akan dilalui
atau diikuti orang lain.
Konsep Kepemimpinan Ideal Ala Semar
1. Manunggaling Kawula Gusti
Dalam ilmu politik, semar dapat dijadikan sebuah pengejawantahan dari ungkapan Jawa tentang kekuasaan, yaitu Manunggaling kawula-Gusti
(kesatuan hamba-Raja). Semar diantara punakawan adalah guru, sesepuh
dan pemimpin mereka. Dalam hubungannya dengan Arjuna salah satu dari
Pandhawa, semar juga abdi (pelayan). Pelayan disini dapat
disamakan dengan ‘pembantu' tetapi bantuan yang diberikan semar lebih
bersifat abstrak. Bantuan abstrak yang diberikan semar adalah berupa
ajaran. Arjuna dan Semar bersama-sama melambangkan (satuan) yang berupa
‘manusia', Arjuna sebagai pribadi sedangkan semar sebagai pikiran dan
kesadarannya. (Tuti Sumukti, 2005:93) Tidak dapat dipisahkannya antara
Arjuna dan para punakawan terutama semar ini melembangkan konsep Jawa
tentang manunggaling kawula-gusti . Bahwa seorang raja (gusti)
dengan mengikuti hukum harus pasrah atau menyerahkan diri pada ajaran
tersebut. Dengan cara ini raja dapat mengajar rakyatnya (kawula) dengan
memberi contoh menurut hukum yang berlaku.
Selo
Soemardjan, yang dikutip oleh Tuti Sumukti (2005: 93-94) menerjemahkan
mengenai salah satu cerita dalam lakon wayang yang berjudul Wahyu Tejamaya :
Meskipun
raja memegang kekuasaan tertinggi atas rakyatnya, dia harus selalu
ingat bahwa dia satu-satunya penghubung, yang sangat berpengaruh
diantara kerajaannnya dan dunia (kekuatan) gaib. Dia tidak dapat lepas
dari salah satu dari mereka, dan tidak bisa berselisih dengan mereka
juga. Nama yang dipakai oleh Sultan Yogyakarta yang pertama
mencerminkan kewajiban yang disadari karena kedudukannya yang penting
itu. Sebagai pangeran , dia diberi gelar “ Mangkubumi ”, yang artinya memangku dunia ini. Tetapi sebagai sultan atau raja, dia memakai gelar Hamengkubuwono ,
orang yang melindungi alam semesta. Nama ini memberi tanda kewajiban
raja yang utama, yaitu menyatukan kerajaannya dengan alam semesta dengan
perantaraan dirinya. Dengan tekanan pada kewajiban utama ini,
pertimbangan terpenting kenegaraan ada pada tercapainya persatuan antara
kawula atau rakyat dan rajanya yang disebut manunggaling kawula-gusti .
Dalam aspek mistiknya, konsep ini bermakna persatuan antara alam gaib
dan manusia dan juga persatuan antara manusia dan penciptanya. Konsep
persatuan yang harus dicapai dan merupakan kewajiban utama raja ini,
disertai dengan adanya nilai-nilai sosial yang diikuti para kawula . Tujuan utama dalam hidup para kawula
adalah tercapainya persatuan tersebut diatas. Pada tingkat
perseorangan, sesorang dapat bersatu dengan kekuatan alam gaib dengan
menyerahkan diri atau pasrah pada ajaran seorang guru, tetapi untuk pemerintahan (kerajaan) dan masyarakat seluruhnya, satu-satunya perantara adalah raja.
Seorang
pemimpin sebesar bangsa Indonesia seharusnya dapat memadukan antara
atas dan bawah, pemimpin dan yang dipimpin, yang diberi kekuasaan dan
yang menjadi sasaran kekuasaan, kepentingan hukum negara dan
kepentingan objek hukum. Hukum-hukum negara yang baik belum tentu
berakibat baik, jika yang dari atas itu tidak disesuaikan dengan
kepentingan dan kondisi rakyat, seperti dalam ajaran manunggaling kawula-gusti .
Semar
menghormati rakyat jelata lebih dari menghormati para dewa pemimpin.
Badan, karakter dan kualitasnya adalah tingkat tinggi, tetapi
perwujudannya sangat merakyat. Semar mudah menangis ketika melihat
penderitaan manusia yang di abdi nya, itulah sebabnya wayang
semar matanya selalu berair. Semar lebih mampu menangisi orang lain
daripada menangisi dirinya sendiri. Semar sudah tidak peduli dan tidak
memikirkan dirinya sendiri, tetapi hanya memikirkan penderitaan orang
lain. Semar sebagai keturunan dewa seharusnya menguasai ‘dunia atas'
dan menguasi segalanya, tetapi ia memilih hanya menjadi abdi, tidak kaya dan tidak berkuasa.
Cerminan
seorang pemimpin yang baik melihat yang dipimpinnya tidak dari atas
singgasana yang terpisah, tetapi melihat dari sudut pandang rakyat yang
dipimpinnya. Pemimpin sejati itu menurut filsafat semar adalah
bersifat paradoks. Seorang pemimpin adalah seorang majikan sekaligus
pelayan, kaya tetapi tidak terikat dengan kekayaannya, tegas dalam
keadilan untuk memutuskan mana yang benar dan yang salah. Ajaran tua
tentang kekuasaan politik bersumber dari Hastabrata dan dimitoskan
dalam diri semar.
2. Pengaruh Konsep Kepemimpinan Semar dalam Kehidupan Masyarakat
Kebudayaan
Jawa telah melahirkan religi dalam wujud kepercayaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, yaitu adanya wujud tokoh wayang semar, jauh sebelum
masuknya kebudayaan Hindu, Budha dan Islam di Jawa.
Figure
punakawan khususnya semar dapat dijadikan sebagai figur pemimpin yang
sejati dalam kehidupan bermasyarakat sesuai dengan pengertian
punakawan. Punakawan secara lahiriah adalah sebagai symbol atau suatu
pola terstruktur dari ‘pembantu pimpinan' yang sangat ideal. Kata
punakawan menurut pedalangan berasal dari kata pono , yang artinya cerdik, cermat dalam pengamatan dan kata kawan
= teman. Punakawan berarti teman atau pamong yang sangat cerdik, dapat
dipercaya serta mempunyai pandangan yang luas dan pengamatan yang
tajam serta cermat. Punakawan itu adalah abdi (bukan
pelayan). Abdi itu hendaknya memiliki watak bijaksana, dapat dipercaya,
jujur, panjang nalar dan tenang serta berani menghadapi segala situasi
dan perasaan, baik yang sederhana maupun yang rumit.
Kehadiran
semar dalam kehidupan nyata ini sering ditunggu-tunggu mengingat
kondisi negara saat ini yang semakin kacau, kesengsaran dan penindasan
oleh kaum kuat terhadap yang lemah semakin merajalela, moral dan etika
tidak lagi diindahkan, para pemimpin yang hanya memikirkan kekayaan
pribadi tanpa peduli dengan keadaan rakyatnya yang semakin tertindas
dengan kebijakan-kebijakan yang dikeluarkannya. Sebagai simbol kearifan
dalam dunia wayang, semar adalah dewa yang menyamar sebagai orang
kecil untuk mengembalikan perdamaian saat Negara dalam keadaan gawat.
Nampaknya hal ini menjadikan banyak masyarakat atau segelintir orang
yang masih peduli dengan kelangsungan hidup negara ini mendambakan
sosok semar yang menjelma dalam kehidupan real saat ini, yang mampu
menyelamatkan bangsa dari berbagai krisis multidimensi yang sedang
melanda bangsa Indonesia. Terlebih lagi dalam agama Islam juga
diajarkan bahwa akan ada seorang Al-Mahdi yang diturunkan Tuhan sebagai
sang pembebas.
KESIMPULAN
Figur
pewayangan yang selalu dijadikan panutan, semar yang memiliki
kelebihan-kelebihan tokoh punakawan yang menjadi dewa penyelamat bagi
kekacauan sebuah Negara. Penjelmaan dari seorang Batara yang mau
menjadi abdi atau pembantu dari para Raja dan Ksatria.
Pertunjukan
wayang kulit telah menjadi salah satu wahana terpenting untuk
menyampaikan berita dan ajaran yang bersifat kebudayaan kepada
masyarakat Jawa khususnya. Melalui cara ini mereka belajar membedakan
nilai-nilai positif dan negatif. Dalam cerita wayang, sosok semar
mencerminkan tingkah laku yang terpuji dalam menyelesaikan msalah
lingkungan yang mencakup pertimbangan kebudayaan. Perbuatan semar yang
dalam pembahasan ini mengenai bagaimana seorang pemimpin seharusnya
bertindak menunjukkan adanya bimbingan berdasarkan konsep-konsep dan
kepercayaan orang Jawa, yang membawa kearah dan tujuan yang rasional.
Putusan semar dapat diterima oleh semua pihak.
Di
jaman yang menurut Ronggowarsito adalah jaman edan ini, terasa relevan
kini, ketika perilaku menyimpang menjadi jalan legal untuk memperoleh
kekuasaan dan meraih kekayaan, sementara banyak rakyat kecil yang
merasa tertindas dengan keadaan yang semakin tidak menentu, harga-harga
barang kebutuhan menjadi mahal sementara perbaikan nasib yang
dijanjikan para pemimpin tak kunjung terwujud. Dunia pewayangan
melukiskan situasi tersebut sebagai penanda akan hadirnya semar,
seorang dewa yang bertugas sebagai penyelamat jaman.
Semar
memang ada dalam dunia mitologi, tapi yang penting bagaimana mitos itu
menjadi kesadaran budaya dan politik sebagai referensi seluruh
dinamika kehidupan sebuah bangsa. Meskipun Negara ini seolah
membutuhkan kehadiran seorang semar yang bisa menyelamatkan negara dari
keterpurukan yang berkepanjangan, akan tetapi para pemimpin dan rakyat
tidak hanya berpangku tangan dan berdiam diri saja menanti kehadiran
semar dalam kehidupan nyata tapi hendaknya berusaha memperbaiki diri
dengan kembali kepada ajaran agama dan hukum serta norma yang berlaku
di masyarakat dengan diawali dari diri pribadi masing-masing.
Salah satu ajaran hidup dari Kaki Semar:
I. Gusti Kang Murbeng Dumadi
Masyarkat Jawa sudah mengenal suatu kekuatan yang maha dengan Nama Gusti Kang Murbeng Dumadi jauh sebelum agama masuk ke tanah Jawa dan sampai ke tradisi saat ini yang dikenal dengan Kejawen yang merupakan “Tatanan Paugeraning Urip” atau Tatanan berdasarkan dengan Budi Perkerti Luhur.
Keyakinan dalam masyarakat mengenai konsep Ketuhanan adalah berdasarkan sesuatu yang Riil atau “Kesunyatan” yang kemudian di realisasikan dalam peri kehidupan sehari hari dan aturan positip agar masyarakat Jawa dapat hidup dengan baik dan bertanggung jawab.
Mengenai Sang Murbeng Dumadi, Kaki Semar mengatakan “Gusti Kang Murbeng Dumadi ing ngendi papan tetep siji, amergane thukule kepercayaan lan agomo soko kahanan,jaman,bongso lan budoyo kang bedo-bedo. Kang Murbeng Dumadi iso maujud opo wae ananging mewujudan iku dede Gusti Kang Murbeng Dumadi” atau dengan kata lain “ Tuhan Yang Maha Esa itu di sembah di junjung oleh semua manusia tanpa kecuali.oelh semua agama dan kepercayaan.Sejatinya Tuhan Yang Maha Esa itu Satu dan tak ada yang Lain. Yang membedakanya hanya cara menyembaah dan memujanya dimana hal tersebut terjadi karena munculnya agama dan kebudayaan dari jaman, waktu atau bangsa yang berbeda beda…”
Tiga hal yang mendasari Masyarakat Jawa mengenai Konsep Ketuhanan yaitu :
1. Kita Bisa Hidup karena ada yang meghidupkan, yang memberi hidup dan menghidupkan kita adalah Gusti Kang Murbeng Dumadi atau Tuhan Yang Maha Esa.
2. Hendaknya dalam hidup ini kita berpegang pada “Rasa” yaitu dikenal dengan “Tepo seliro” artinya bila kita meraa sakit di cubit maka hendaklah jangan mencubit orang lain.
3. Dalam kehidupan ini jangan suka memaksakan kehendak kepada orang lain “Ojo Seneng Mekso” seperti apa bila kita memiliki suatupakaian yang sangat cocok dengan kita, belum tentu baju itu akan sangat cocok dengan orang lain.
Kaki Semar memberikan piwulangnya mengenai konsep dasar penghayatan Mahluk Kepada Khaliknya yaitu Manusia harus mengehathui Tujuh Sifat Kang Murbeng Dumadi.
1. Tuhan Itu Satu , Esa dan tak ada yang lain, dalam bahasa jawa di sebut “ Gusti Kang Murbeng Dumadi”
2. Tuhan itu bisa mewujud apa saja , tetapi pewujudan itu bukanlah Tuhan.”Ananging wewujudan iku dede Gusti “ yang artinya “ yang berwujud itu adalah Karya Allah.
3. Tuhan Itu ada dimana-mana.”Dadi Ojo Salah Panopo,Mulo nang ngendi papan uga ono Gusti “ maksudnya walau Tuhan ada dimana mana, Tuhan satu juga “Nang awakm ugo ono Gusti” maksudnya manusia itu dalam lingkupan Tuhan secara jiwa dan raga.Tuhan ada dalam dirinya tetapi manusia tak merasakanya dengan panca indra, hanya dapat di rasakan dengan “Roso” bahwa dia ada.”Ananging ojo sepisan pisan awakmu ngaku-aku Gusti”maksudnya manusia harus sadar jiwa dan raga ini hanyalah Karya Allah, walaupun DIA ada dalam Manusia tetapi jangan sekali kali manusia mengaku DIA.
4. Tuhan Itu Langgeng, Tuhan Itu Abadi.dari masal dahulu, sekarang, esok dan sampai seterusnya Tuhan, Gusti Kang Murbeng Dumadi tetaplah Tuhan dan tak akan berubah.
5. Tuhan Itu tidak Tidur “ Gusti Kang Murbeng Dumadi ora nyare” maksudnya Tuhan itu mengetahui segalanya dan semuanya, tak ada satupun kata hilaf dan lalai.
6. Tuhan itu Maha Pengasih, Tuhan Itu Maha Penyayang.maksudnya Tuhan itu maha adil tak membeda bedakan kepada mahluknya, siapa yang berusaha dia yang akan mendapatkan.
7. Tuhan Itu Esa dan Maha Kuasa, apa yang di putuskannya tak ada yang dapat menolaknya,
Dengan menyadari hal tersebut manusia di harapkan :
1. “Manungso urip ngunduh wohe pakertine dhewe dhewe” maksudnya manusia kaa menerima paa yang dia tanam, bila baik yang di tanam, maka yang baiklah akan dia terima.
2. Manusia hidup pada saat ini adalah hasil / proses dari hidup sebelumnya.atau”manungso urip tumimbal soko biyen,nek percoyo marang tumimbal” ada petuah yang mengatakan “ Apabila kamu hendak melihat hidupmu kelak, maka lihat lah hidupmu sekarang, bila hendak melihat hidupmu yang lalu, maka lihatlah hidupmu sekarang”
3. “Manungso urip nggowo apese dhewe dhewe” maksudnya agar kita menghilangkan sifat iri,dengki,tamak, sombong sebab saat mati tak ada sifat duniawi tersebut dibawa dan mengntungkan kita.
4. Manusia tak akan mengerti Rahasia Tuhan, “Ati lan pikiran manungso ora bakal iso mangerteni kabeh rencananing Gusti Kang Murbeng Dumadi:”maka Manusia hiduplah “sak madyo” dan tak perlu “nggege mongso”.ada petuha mengatakan “ Hiduplah dengan usaha, tapi janganlah dengan harapan, karena bila gagal maka yang merasakan diri kita juga”
Maka dalam hal ini Kaki semar menganjurkan Manusia memohon dan mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Esa dengan”Eling lan Percoyo,Sumarah lan seumeleh lan mituhu” kepada Tuhan Yang Maha Esa.
1. Sumarah : Berserah, Pasrah, Percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dengan sumarah ,manusia di harapkan percaya dan yakin akan kasih saying dan kekuasaan Gusti Kang Murbeng Dumadi, Bhawa DIA lah yang mengatur dan aka memebrikan kebaikan dalam kehidupan kita. Keyakinan bahwa apabila kita menghadapai gelombang kehidupan maka Allah akan memebrikan jalan keluar yang terbaik bagi kita.
2. Sumeleh : artinya Patuh dan Bersandar kepada Allah Yang Maha Esa . Manusia sebagai hamba hanya lah berusaha dan keberhasilannya tergantung Kuasa Tuhan yang maha Esa, maka dengan sumeleh ni manusia di harapkan tak mudah putus asa dan teguh dalam usahanya .
3. Mituhu : artinya patuh taat dan disiplin.
I. Tatanan Paugeraning Urip.
Petuah Kaki semar menenai Tatanan Paugeraning Urip bagi manusia dalam mengisi Kehidupanya di alam fana ini :
1. Eling Lan Bektimarang Gusti Kang Murbeng Dumadi : maksudnya Manusia yang sadar akan dirinya akan selalu mengingat dan memuja Tuhan Yang Maha Esa.dimana Allah yang Esa telah membrikan kesepantan bagi manusia untuk hidup dan berkarya di alam yang Indah ini.
2. “Percoyo lan Bekti Marang Utusane Gusti”: maksudnya Manusia sudah seharusnya menghormati dan mengikuti ajaran para Utusan Allah sesuai dengan ajarannya masing masing, dimana semua konsep para Utusan Allah tersebut adalah menganjurkan kebaikan.
3. “Setyo marang Khalifatullah utowo Penggede Negoto”: maksudnya sebaia manusia yang tingal di suatu wilayah,maka adalah wajar dan wajib untuk menghormati dan mengikuti semua peraturan yang di keluarka pemimpinnya yang baik dan bijaksana.
4. “Bekti marang Bhumi Nusontoro” maksudnya sebagai manusia yang tinggal dan hidup di bumi nusantara ini wajib dan wajar unuk merawat dan memperlaukan bumi ini dengan baik, dimana bumi ini telah memberikan kemakmuran bagi penduduk yang mendiaminya.
5. “Bekti Marang Wong Tuwo” : maksudnya Manusia ini tidak dengan semerta merta ada di dunia ini, tetapi melalui perantara Ibu dan Bapaknya, maka hormatilah,mulyakanlah orang tua yang telah merawat kita .
6. “Bekti Marang sedulur Tuwo” : Maksudnya adalah menghormati saudara yang lebih tua dan lebih mengerti dari pada kita, baik dlama umur,pengetahuan maupun kemampuannya.
7. “Tresno marang kabeh kawulo Mudo” : maksudnya menyayangi kawulo yang lebih muda, memberikan bimbingan dan menularkan pengalaman dan pengetahuan kepada yang muda, dengan harapan yang muda ini akan dapat menjadi generasi pengganti yang tangguh dan bertanggung jawab.
8. “Tresno marang sepepadaning manungso” : maksudnya semua manusia itu sama, hanya membedakan warna kulit dan dan budaya saja. Maka hormatila sesame manusia dimana mereka memiliki harka dan martabat yang sama dengan manusia lainya.
9. “Tresno marang sepepadaning Urip” : maksudnya semua yang di ciptakan Allah adalah mahluk yang ada karena kehendak Allah yang Kuasa.memiliki fungsi masing masing.dengan menghormati semua ciptaan Allah maka kita telah menghargai dan menghormati kepada PENCIPTANYA.
10. “Hormat marang kabeh agomo “ : maksudnya hormatilah semua agama atau aliran dan para penganutnya.
11. “Percoyo marang Hukum Alam” : maksudnya selain Allah menurunkan kehidupan,Allah juga menurunkan Hukum Alam dan menjadi hokum sebab akibat, siapa yang menanam maka dia yang menuai,
12. “Percoyo marang kepribaden dhewe tan owah gingsir” : maksudnya manusia ini rapuh dan hatinya berubah ubah, maka hendaklah menyadarinya dan dapat menepatkan diri di hadapan Allah, agar selalu mendapat lindungan dan rahmat Nya dalam menjalani Hiudp dan kehidupan ini.
Tatanan Paugeraning Urip yang 12 di atas di ringkas menjadi tiga konsep:
1. Hubungan Manusia dengan Allah/Tuhan Yang Maha Esa
2. Hubungan Manusia dengan sesama Manusia
3. Hubungan Manusia dengan Alam Semesta.
Kesemua tatanan di tersebut di atas adalah kaitannya dengan konsep “tatanan Menembah”
1. Sangkan Paraning Dumadi : yaitu Sangkaning Dumadi dan Paraning Dumadi dimana maksudnya adalah agar manusia mengetahui dari mana dia berasal dan mau kemana dia akan kembali.
2. Manunggaling Kawulo lan Gusti : yaitu manunggaling kawulo dengan Gusti adalah dengan melakukan smeua perintahnya, melakukan dan menuruti peraturan peraturan yang di perintakan dengan sbeaik baiknya.
3. Kasedan Jati : yaitu dimana posisi kesadaran manusia sampai kepada tataran sangat menyadari dan telah melakukan atau menjalani kehidupan yang di sebutkan di atas sehingga semua telah menuruti kehendak Allah Tuhan Yang Maha Esa. Dengan istilah “Hidup sekali dan mati pun sekali “
II. Tuntunan Sikap terhadap Paugeraning Urip
Kaki Semar menuntunkan sikap terhadapt Paugeraning Urip adalah dengan Kata sesanti atau Petuah “OJO DUMEH,ELING LAN WASPODO”karena :
1. “Ojo dumeh, Eling lan waspodo” adalah bekal manusia menghadapi ujian dan perjuangan hidup dan menjadi senjata ampuh untuk menjadi kesatria utama dalam menaklukan dirinyasendiri dan mewujudkan “Roso setyo lan mituhu dumateng Gusti” serta untuk “ Hamemayu Hayuning Bawono”.
2. “Ojo dumeh, Eling lan Waspodo” adalah sebagai penyeimbang, sehingga pada kondisi maupun situasi apapun manusia akan selamat”Rahayu”, tidak mudah panic dalam setiap pemecahan masalah yang di hadapinya.
3. “ojo dumeh, Eling lan Waspodo”sebagai sarana pencegahan terhadap kecerobohan dan kelalaian yang sering manusia lakukan, karena telah menyadari dan memahami serta mentaati semua kaidah Agama, Budi pekerti, maupun aturan aturan manusia lainnya.
OJO DUMEH yang maksudnya “Jangan Mentang Mentang” adalah suatuperingatan agar manusia tidak larut dengan pa ayang di miliki atau di jalaninya, sehingga cendrung menjalani keputusan hidup yang negatip seperti :
1. Mentang mentang kaya, maka kita menjadi sombong dan merasa semua dapat di beli dengan uang,
2. Mentang menatng Miskin, maka kita menjadi putus asa dan mengakibatkan kita mengumpat sana sini kepada yang kaya..
Siapa yang “mentang mentang” maka suatau saat akan menjadi sebagaimana dalma pribahasa Jawa :
1. Sopo sing Dumeh bakal keweleh
2. Sopo sing adigang bakal keplanggrang
3. Sopo sing Adigung bakal kecemplung
4. Sopo sing Adiguno bakal ciloko
5. Sopo sing Becik bakal ketitik
6. Sopo sing salah bakal seleh
7. Sopo sing Temen bakal Tinemu
Eling Lan Waspodo maksudnya Ingat dan Waspada.
Ingat yang dijalani adalah inget dalam kaitan Menembah kepada Tuhan, ingat akan karunianya, Rahmanya,Nikmatnya , selalu ingat akan kesalahan kita kepada Tuhan, pelanggaran yang kita lakukan dan meminta ampunan kepada Nya. Dengan demikian akan lahirlah Budi perkerti yang luhur sehingga Eling ini akan melahirkan kepedulain kepada manusia dan lingkungan sekitarnya.
Waspodo/Waspada adalah bentuk ke hati-hatian manusia dalam menjalankan hidup, teliti dan mengakibatkan kita menjadi Wara dalam memilih dalam keputusan kita sehari hari. Berhati-hati dalam semua sikap dan tingkah laku. Mana yang merupakan perintah dan mana yang merupakan larangan akan menjadi terang dan jelas bagi kita.sehinga kta akan selamat dalam perjalanan hidup ini.
Ojo Dumeh,Eling lan Waspodo merupakan satu kesatuan yang dipahami secara utuh, sehingga manusia di harapkan menjadi Pasrah dan Yakin Kepada Kekuasaan Tuhan serta menjadi bijaksana,sederhana dan hati hati. Manusia menjadi “Bisa Merasa.” Bukan ”Merasa Bisa.”
Dengan “Ojo Dumeh,Eling lan Waspodo”, maka dalam bahasa Jawa disebutkan ..
1. Ono Luwih,Luwih soko Ono
2. Kang Kebak,Luwih dening kebak
3. Kang suwung,Luwih dening Suwung
4. Kang Pinter, Luwih dening Pinter
5. Kang Sugih, Luwih dening Sugih..
I. Gusti Kang Murbeng Dumadi
Masyarkat Jawa sudah mengenal suatu kekuatan yang maha dengan Nama Gusti Kang Murbeng Dumadi jauh sebelum agama masuk ke tanah Jawa dan sampai ke tradisi saat ini yang dikenal dengan Kejawen yang merupakan “Tatanan Paugeraning Urip” atau Tatanan berdasarkan dengan Budi Perkerti Luhur.
Keyakinan dalam masyarakat mengenai konsep Ketuhanan adalah berdasarkan sesuatu yang Riil atau “Kesunyatan” yang kemudian di realisasikan dalam peri kehidupan sehari hari dan aturan positip agar masyarakat Jawa dapat hidup dengan baik dan bertanggung jawab.
Mengenai Sang Murbeng Dumadi, Kaki Semar mengatakan “Gusti Kang Murbeng Dumadi ing ngendi papan tetep siji, amergane thukule kepercayaan lan agomo soko kahanan,jaman,bongso lan budoyo kang bedo-bedo. Kang Murbeng Dumadi iso maujud opo wae ananging mewujudan iku dede Gusti Kang Murbeng Dumadi” atau dengan kata lain “ Tuhan Yang Maha Esa itu di sembah di junjung oleh semua manusia tanpa kecuali.oelh semua agama dan kepercayaan.Sejatinya Tuhan Yang Maha Esa itu Satu dan tak ada yang Lain. Yang membedakanya hanya cara menyembaah dan memujanya dimana hal tersebut terjadi karena munculnya agama dan kebudayaan dari jaman, waktu atau bangsa yang berbeda beda…”
Tiga hal yang mendasari Masyarakat Jawa mengenai Konsep Ketuhanan yaitu :
1. Kita Bisa Hidup karena ada yang meghidupkan, yang memberi hidup dan menghidupkan kita adalah Gusti Kang Murbeng Dumadi atau Tuhan Yang Maha Esa.
2. Hendaknya dalam hidup ini kita berpegang pada “Rasa” yaitu dikenal dengan “Tepo seliro” artinya bila kita meraa sakit di cubit maka hendaklah jangan mencubit orang lain.
3. Dalam kehidupan ini jangan suka memaksakan kehendak kepada orang lain “Ojo Seneng Mekso” seperti apa bila kita memiliki suatupakaian yang sangat cocok dengan kita, belum tentu baju itu akan sangat cocok dengan orang lain.
Kaki Semar memberikan piwulangnya mengenai konsep dasar penghayatan Mahluk Kepada Khaliknya yaitu Manusia harus mengehathui Tujuh Sifat Kang Murbeng Dumadi.
1. Tuhan Itu Satu , Esa dan tak ada yang lain, dalam bahasa jawa di sebut “ Gusti Kang Murbeng Dumadi”
2. Tuhan itu bisa mewujud apa saja , tetapi pewujudan itu bukanlah Tuhan.”Ananging wewujudan iku dede Gusti “ yang artinya “ yang berwujud itu adalah Karya Allah.
3. Tuhan Itu ada dimana-mana.”Dadi Ojo Salah Panopo,Mulo nang ngendi papan uga ono Gusti “ maksudnya walau Tuhan ada dimana mana, Tuhan satu juga “Nang awakm ugo ono Gusti” maksudnya manusia itu dalam lingkupan Tuhan secara jiwa dan raga.Tuhan ada dalam dirinya tetapi manusia tak merasakanya dengan panca indra, hanya dapat di rasakan dengan “Roso” bahwa dia ada.”Ananging ojo sepisan pisan awakmu ngaku-aku Gusti”maksudnya manusia harus sadar jiwa dan raga ini hanyalah Karya Allah, walaupun DIA ada dalam Manusia tetapi jangan sekali kali manusia mengaku DIA.
4. Tuhan Itu Langgeng, Tuhan Itu Abadi.dari masal dahulu, sekarang, esok dan sampai seterusnya Tuhan, Gusti Kang Murbeng Dumadi tetaplah Tuhan dan tak akan berubah.
5. Tuhan Itu tidak Tidur “ Gusti Kang Murbeng Dumadi ora nyare” maksudnya Tuhan itu mengetahui segalanya dan semuanya, tak ada satupun kata hilaf dan lalai.
6. Tuhan itu Maha Pengasih, Tuhan Itu Maha Penyayang.maksudnya Tuhan itu maha adil tak membeda bedakan kepada mahluknya, siapa yang berusaha dia yang akan mendapatkan.
7. Tuhan Itu Esa dan Maha Kuasa, apa yang di putuskannya tak ada yang dapat menolaknya,
Dengan menyadari hal tersebut manusia di harapkan :
1. “Manungso urip ngunduh wohe pakertine dhewe dhewe” maksudnya manusia kaa menerima paa yang dia tanam, bila baik yang di tanam, maka yang baiklah akan dia terima.
2. Manusia hidup pada saat ini adalah hasil / proses dari hidup sebelumnya.atau”manungso urip tumimbal soko biyen,nek percoyo marang tumimbal” ada petuah yang mengatakan “ Apabila kamu hendak melihat hidupmu kelak, maka lihat lah hidupmu sekarang, bila hendak melihat hidupmu yang lalu, maka lihatlah hidupmu sekarang”
3. “Manungso urip nggowo apese dhewe dhewe” maksudnya agar kita menghilangkan sifat iri,dengki,tamak, sombong sebab saat mati tak ada sifat duniawi tersebut dibawa dan mengntungkan kita.
4. Manusia tak akan mengerti Rahasia Tuhan, “Ati lan pikiran manungso ora bakal iso mangerteni kabeh rencananing Gusti Kang Murbeng Dumadi:”maka Manusia hiduplah “sak madyo” dan tak perlu “nggege mongso”.ada petuha mengatakan “ Hiduplah dengan usaha, tapi janganlah dengan harapan, karena bila gagal maka yang merasakan diri kita juga”
Maka dalam hal ini Kaki semar menganjurkan Manusia memohon dan mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Esa dengan”Eling lan Percoyo,Sumarah lan seumeleh lan mituhu” kepada Tuhan Yang Maha Esa.
1. Sumarah : Berserah, Pasrah, Percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dengan sumarah ,manusia di harapkan percaya dan yakin akan kasih saying dan kekuasaan Gusti Kang Murbeng Dumadi, Bhawa DIA lah yang mengatur dan aka memebrikan kebaikan dalam kehidupan kita. Keyakinan bahwa apabila kita menghadapai gelombang kehidupan maka Allah akan memebrikan jalan keluar yang terbaik bagi kita.
2. Sumeleh : artinya Patuh dan Bersandar kepada Allah Yang Maha Esa . Manusia sebagai hamba hanya lah berusaha dan keberhasilannya tergantung Kuasa Tuhan yang maha Esa, maka dengan sumeleh ni manusia di harapkan tak mudah putus asa dan teguh dalam usahanya .
3. Mituhu : artinya patuh taat dan disiplin.
I. Tatanan Paugeraning Urip.
Petuah Kaki semar menenai Tatanan Paugeraning Urip bagi manusia dalam mengisi Kehidupanya di alam fana ini :
1. Eling Lan Bektimarang Gusti Kang Murbeng Dumadi : maksudnya Manusia yang sadar akan dirinya akan selalu mengingat dan memuja Tuhan Yang Maha Esa.dimana Allah yang Esa telah membrikan kesepantan bagi manusia untuk hidup dan berkarya di alam yang Indah ini.
2. “Percoyo lan Bekti Marang Utusane Gusti”: maksudnya Manusia sudah seharusnya menghormati dan mengikuti ajaran para Utusan Allah sesuai dengan ajarannya masing masing, dimana semua konsep para Utusan Allah tersebut adalah menganjurkan kebaikan.
3. “Setyo marang Khalifatullah utowo Penggede Negoto”: maksudnya sebaia manusia yang tingal di suatu wilayah,maka adalah wajar dan wajib untuk menghormati dan mengikuti semua peraturan yang di keluarka pemimpinnya yang baik dan bijaksana.
4. “Bekti marang Bhumi Nusontoro” maksudnya sebagai manusia yang tinggal dan hidup di bumi nusantara ini wajib dan wajar unuk merawat dan memperlaukan bumi ini dengan baik, dimana bumi ini telah memberikan kemakmuran bagi penduduk yang mendiaminya.
5. “Bekti Marang Wong Tuwo” : maksudnya Manusia ini tidak dengan semerta merta ada di dunia ini, tetapi melalui perantara Ibu dan Bapaknya, maka hormatilah,mulyakanlah orang tua yang telah merawat kita .
6. “Bekti Marang sedulur Tuwo” : Maksudnya adalah menghormati saudara yang lebih tua dan lebih mengerti dari pada kita, baik dlama umur,pengetahuan maupun kemampuannya.
7. “Tresno marang kabeh kawulo Mudo” : maksudnya menyayangi kawulo yang lebih muda, memberikan bimbingan dan menularkan pengalaman dan pengetahuan kepada yang muda, dengan harapan yang muda ini akan dapat menjadi generasi pengganti yang tangguh dan bertanggung jawab.
8. “Tresno marang sepepadaning manungso” : maksudnya semua manusia itu sama, hanya membedakan warna kulit dan dan budaya saja. Maka hormatila sesame manusia dimana mereka memiliki harka dan martabat yang sama dengan manusia lainya.
9. “Tresno marang sepepadaning Urip” : maksudnya semua yang di ciptakan Allah adalah mahluk yang ada karena kehendak Allah yang Kuasa.memiliki fungsi masing masing.dengan menghormati semua ciptaan Allah maka kita telah menghargai dan menghormati kepada PENCIPTANYA.
10. “Hormat marang kabeh agomo “ : maksudnya hormatilah semua agama atau aliran dan para penganutnya.
11. “Percoyo marang Hukum Alam” : maksudnya selain Allah menurunkan kehidupan,Allah juga menurunkan Hukum Alam dan menjadi hokum sebab akibat, siapa yang menanam maka dia yang menuai,
12. “Percoyo marang kepribaden dhewe tan owah gingsir” : maksudnya manusia ini rapuh dan hatinya berubah ubah, maka hendaklah menyadarinya dan dapat menepatkan diri di hadapan Allah, agar selalu mendapat lindungan dan rahmat Nya dalam menjalani Hiudp dan kehidupan ini.
Tatanan Paugeraning Urip yang 12 di atas di ringkas menjadi tiga konsep:
1. Hubungan Manusia dengan Allah/Tuhan Yang Maha Esa
2. Hubungan Manusia dengan sesama Manusia
3. Hubungan Manusia dengan Alam Semesta.
Kesemua tatanan di tersebut di atas adalah kaitannya dengan konsep “tatanan Menembah”
1. Sangkan Paraning Dumadi : yaitu Sangkaning Dumadi dan Paraning Dumadi dimana maksudnya adalah agar manusia mengetahui dari mana dia berasal dan mau kemana dia akan kembali.
2. Manunggaling Kawulo lan Gusti : yaitu manunggaling kawulo dengan Gusti adalah dengan melakukan smeua perintahnya, melakukan dan menuruti peraturan peraturan yang di perintakan dengan sbeaik baiknya.
3. Kasedan Jati : yaitu dimana posisi kesadaran manusia sampai kepada tataran sangat menyadari dan telah melakukan atau menjalani kehidupan yang di sebutkan di atas sehingga semua telah menuruti kehendak Allah Tuhan Yang Maha Esa. Dengan istilah “Hidup sekali dan mati pun sekali “
II. Tuntunan Sikap terhadap Paugeraning Urip
Kaki Semar menuntunkan sikap terhadapt Paugeraning Urip adalah dengan Kata sesanti atau Petuah “OJO DUMEH,ELING LAN WASPODO”karena :
1. “Ojo dumeh, Eling lan waspodo” adalah bekal manusia menghadapi ujian dan perjuangan hidup dan menjadi senjata ampuh untuk menjadi kesatria utama dalam menaklukan dirinyasendiri dan mewujudkan “Roso setyo lan mituhu dumateng Gusti” serta untuk “ Hamemayu Hayuning Bawono”.
2. “Ojo dumeh, Eling lan Waspodo” adalah sebagai penyeimbang, sehingga pada kondisi maupun situasi apapun manusia akan selamat”Rahayu”, tidak mudah panic dalam setiap pemecahan masalah yang di hadapinya.
3. “ojo dumeh, Eling lan Waspodo”sebagai sarana pencegahan terhadap kecerobohan dan kelalaian yang sering manusia lakukan, karena telah menyadari dan memahami serta mentaati semua kaidah Agama, Budi pekerti, maupun aturan aturan manusia lainnya.
OJO DUMEH yang maksudnya “Jangan Mentang Mentang” adalah suatuperingatan agar manusia tidak larut dengan pa ayang di miliki atau di jalaninya, sehingga cendrung menjalani keputusan hidup yang negatip seperti :
1. Mentang mentang kaya, maka kita menjadi sombong dan merasa semua dapat di beli dengan uang,
2. Mentang menatng Miskin, maka kita menjadi putus asa dan mengakibatkan kita mengumpat sana sini kepada yang kaya..
Siapa yang “mentang mentang” maka suatau saat akan menjadi sebagaimana dalma pribahasa Jawa :
1. Sopo sing Dumeh bakal keweleh
2. Sopo sing adigang bakal keplanggrang
3. Sopo sing Adigung bakal kecemplung
4. Sopo sing Adiguno bakal ciloko
5. Sopo sing Becik bakal ketitik
6. Sopo sing salah bakal seleh
7. Sopo sing Temen bakal Tinemu
Eling Lan Waspodo maksudnya Ingat dan Waspada.
Ingat yang dijalani adalah inget dalam kaitan Menembah kepada Tuhan, ingat akan karunianya, Rahmanya,Nikmatnya , selalu ingat akan kesalahan kita kepada Tuhan, pelanggaran yang kita lakukan dan meminta ampunan kepada Nya. Dengan demikian akan lahirlah Budi perkerti yang luhur sehingga Eling ini akan melahirkan kepedulain kepada manusia dan lingkungan sekitarnya.
Waspodo/Waspada adalah bentuk ke hati-hatian manusia dalam menjalankan hidup, teliti dan mengakibatkan kita menjadi Wara dalam memilih dalam keputusan kita sehari hari. Berhati-hati dalam semua sikap dan tingkah laku. Mana yang merupakan perintah dan mana yang merupakan larangan akan menjadi terang dan jelas bagi kita.sehinga kta akan selamat dalam perjalanan hidup ini.
Ojo Dumeh,Eling lan Waspodo merupakan satu kesatuan yang dipahami secara utuh, sehingga manusia di harapkan menjadi Pasrah dan Yakin Kepada Kekuasaan Tuhan serta menjadi bijaksana,sederhana dan hati hati. Manusia menjadi “Bisa Merasa.” Bukan ”Merasa Bisa.”
Dengan “Ojo Dumeh,Eling lan Waspodo”, maka dalam bahasa Jawa disebutkan ..
1. Ono Luwih,Luwih soko Ono
2. Kang Kebak,Luwih dening kebak
3. Kang suwung,Luwih dening Suwung
4. Kang Pinter, Luwih dening Pinter
5. Kang Sugih, Luwih dening Sugih..
kita sebagai manusia bisa meniru lelakuning hidup dari semar yaitu '
hong wilaheng jati awiguno mastuhu bawono langgeng untuk para pengikut kaki semar:
1. Jika orang bikin kita susah, anggaplah itu adalah tumpukan rejeki.
2. Mulai hari ini, belajarlah setiap hari menyenangkan orang lain.
3. Jika kamu merasa pahit dalam hidupmu dengan suatu tujuan, itulah Bahagia.
4. Lari dan berlarilah yang cepat untuk mengejar hari esok.
5. Setiap hari kamu sudah harus merasa puas dengan apa yang kamu miliki saat ini.
6. Setiap kali kalau ada orang memberi kamu satu, kamu harus mengembalikannya sepuluh kali lipat
7. Nilailah kebaikan orang lain terhadap kamu, tetapi hapuskanlah semua jasa yang pernah kamu berikan kepada orang lain.
8. Dalam keadaan benar kamu di fitnah, di persalahkan, di hukum maka kamu akan mendapatkan pahala.
9. Dalam keadaan salah kamu di puji dan di benarkan, itu merupakan hukuman.
10. Orang yang benar kita bela, tetapi yang salah kita beri nasehat.
11. Jika perbuatan kamu benar, kamu di fitnah dan di persalahkan, tetapi kamu menerimanya, maka akan datang rezeki kepadamu yang berlimpah-limpah.
12. Jangan selalu melihat/mengecam kesalahan orang lain, tetapi selalu melihat diri sendiri itulah kebenaran.
13. Orang yang baik di ajak bergaul, tetapi orang yang jahat di kasihani.
14. Kalau wajahmu senyum, hati pasti senang, pasti kamu akan Aku terima.
15. Dua orang saling mengakui kesalahan masing-masing, maka dua orang itu akan bersahabat sepanjang masa.
16. Saling salah - menyalahkan, maka akan mengakibatkan putus hubungan.
17. Kalau kamu rela dan tulus menolong orang yang dalam keadaan susah, maka jangan sampai di ketahui bahwa kamu sebagai penolongnya.
18. Jangan membicarakan sedikitpun kejelekan orang di belakangnya, sebab kamu akan di nilai jelek oleh si pendengar.
19. Kalau kamu mengetahui orang itu berbuat salah, maka tegurlah langsung dengan kata-kata yang lemah lembu hingga orang itu menjadi lebih insaf.
1. Jika orang bikin kita susah, anggaplah itu adalah tumpukan rejeki.
2. Mulai hari ini, belajarlah setiap hari menyenangkan orang lain.
3. Jika kamu merasa pahit dalam hidupmu dengan suatu tujuan, itulah Bahagia.
4. Lari dan berlarilah yang cepat untuk mengejar hari esok.
5. Setiap hari kamu sudah harus merasa puas dengan apa yang kamu miliki saat ini.
6. Setiap kali kalau ada orang memberi kamu satu, kamu harus mengembalikannya sepuluh kali lipat
7. Nilailah kebaikan orang lain terhadap kamu, tetapi hapuskanlah semua jasa yang pernah kamu berikan kepada orang lain.
8. Dalam keadaan benar kamu di fitnah, di persalahkan, di hukum maka kamu akan mendapatkan pahala.
9. Dalam keadaan salah kamu di puji dan di benarkan, itu merupakan hukuman.
10. Orang yang benar kita bela, tetapi yang salah kita beri nasehat.
11. Jika perbuatan kamu benar, kamu di fitnah dan di persalahkan, tetapi kamu menerimanya, maka akan datang rezeki kepadamu yang berlimpah-limpah.
12. Jangan selalu melihat/mengecam kesalahan orang lain, tetapi selalu melihat diri sendiri itulah kebenaran.
13. Orang yang baik di ajak bergaul, tetapi orang yang jahat di kasihani.
14. Kalau wajahmu senyum, hati pasti senang, pasti kamu akan Aku terima.
15. Dua orang saling mengakui kesalahan masing-masing, maka dua orang itu akan bersahabat sepanjang masa.
16. Saling salah - menyalahkan, maka akan mengakibatkan putus hubungan.
17. Kalau kamu rela dan tulus menolong orang yang dalam keadaan susah, maka jangan sampai di ketahui bahwa kamu sebagai penolongnya.
18. Jangan membicarakan sedikitpun kejelekan orang di belakangnya, sebab kamu akan di nilai jelek oleh si pendengar.
19. Kalau kamu mengetahui orang itu berbuat salah, maka tegurlah langsung dengan kata-kata yang lemah lembu hingga orang itu menjadi lebih insaf.